1.
SERVICE STRATEGY
Dalam melaksanakan pelayanan pos di Indonesia, Pos Indonesia membagi wilayah
negara Indonesia sebelas daerah atau divisi
regional dalam pengoperasiannya. Pembagian divisi-divisi tersebut mencakup
semua provinsi yang ada di Indonesia. Setiap divisi meliputi satu atau
beberapa provinsi yang menjadi bagian dari divisi tersebut. Divisi-divisi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Regional I Pusat Medan (meliputi
Provinsi Aceh dan Sumatera Utara)
2. Regional II Pusat Padang (meliputi
Provinsi Riau, Kepulauan Riau, dan Sumatera Barat)
3. Regional III Pusat Palembang
(meliputi Provinsi Bengkulu, Jambi, Lampung, Sumatera Selatan, dan Kepulauan
Bangka Belitung)
4. Regional IV Pusat Jakarta (meliputi
provinsi D. K. I. Jakarta, Banten, dan sebagian Jawa Barat)
5. Regional V Pusat Bandung (meliputi
sebagian Provinsi Jawa Barat)
6. Regional VI Pusat Semarang (meliputi
Provinsi Jawa Tengah dan D. I. Yogyakarta)
7. Regional VII Pusat Surabaya
(meliputi Provinsi Jawa Timur)
8. Regional VIII Pusat Denpasar
(meliputi Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur)
9. Regional IX Pusat Banjarbaru
(meliputi Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Utara dan Kalimantan Selatan)
10.
Regional X Pusat Makassar (meliputi Provinsi
Gorontalo, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Selatan, Maluku dan Maluku Utara)
11.
Regional XI Pusat Jayapura (meliputi Provinsi Papua
Barat, dan Papua).
Ekspansi wilayah pelayanan Pos
Indonesia tidak hanya meliputi wilayah Indonesia saja, tetapi juga sudah
meliputi dunia internasional. Pelayanan dalam skala internasional ini
memungkinkan Pos Indonesia untuk melaksanakan salah satu tujuannya untuk
bisa go international. Ekspansi wilayah pelayanan Pos Indonesia ini
dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan badan-badan usaha di negara lain
yang berskala internasional, seperti Western Union.
Andil Pos Indonesia dalam melayani
pelanggannya, baik di skala nasional ataupun internasional, tidak terbatas
hanya dalam dunia perposan, tetapi juga dalam dunia keuangan. Fasilitas
transfer uang melalui Pos Indonesia bisa dinikmati oleh para pelanggannya.
Fasilitas pembayaran tagihan listrik, air, dan telepon pun bisa dinikmati di
kantor-kantor Pos Indonesia. Berbagai kemudahan yang ditawarkan dalam pelayanan
Pos Indonesia terhadap pelanggannya merupakan suatu strategi yang diambil oleh
Pos Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya.
2. SERVICE DESIGN
IT Governance mempunyai peran
yang mampu untuk menjadi salah satu kunci sukses bagi pihak pimpinan dan kolega
perusahaan untuk mengoptimalkan peran TI dalam efektivitas peningkatan aset,
capaian kinerja, sasaran, tujuan, misi dan visi. Tidak heran apabila pemerintah
Indonesia pun turut menekan perusahaan negara untuk menyelenggarakan ITG.
Keseriusan pemerintah ini dibuktikan dengan munculnya berbagai peraturan
mengenai penyelenggaraan ITG seperti Inpres No.3 tahun 2003 tentang pemanfaatan
teknologi komuni kasi dan informasi serta Permen BUMN Nomor 01/MBU/2011 .
PT Pos Indonesia sebagai salah satu perusahaan
milik negara yang bergerak dalam layanan yang memiliki kegiatan bisnis utama,
seperti jasa keuangan, mail, logistik dan layanan dukungan lain yang memer
lukan teknologi informasi berkomitmen untuk men yelenggarakan ITG. Berdasarkan
hasil audit eksternal pada tahun 2012, PT Pos Indonesia baru mencapai level
maturity 1,2, masih jauh dari harapan pemerintah yang menargetkan level
maturity BUMN sebesar 3. Hal i ni mengindikasikan bahwa belum adanya
keselarasan strategi TI dengan bisnis. Oleh karenanya perlu dilakukan
perancangan kembali layanan TI penunjang bisnis di perusahaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka dibutuhkan
framework yang cocok dengan kondisi bisnis perusahaan. ITIL versi 2011
merupakan framework yang tepat untuk perusahaan berbasis jasa seperti PT Pos
Indonesia yang menerapkan IT Service
PT Pos Indonesia merupakan
salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang jasa yang mempunyai
kegiatan usaha utama, diantaranya layanan keuangan,mail dan logistik serta
layanan pendukung lainnya yang membutuhkan dukungan teknologi informasi.
Teknologi informasi memungkinkan sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan dan
sasaran bisnis. Tetapi, tidak semua perusahaan berhasil menerapkan TI pada
perusahaannya karena tata kelola TI yang kurang baik. Oleh karena itu,
diperlukannya suatu tata kelola TI yang efektif yang memerlukan perencanaan strategi,
pelaksanaan yang terarah dan pengendalian serta pemantauan yang tepat.
Pada tahun 2010 PT Pos Indonesia berk omitmen
menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan melakukan penilaian
tingkat kematangan (maturity assessment) menggunakan framework COBIT 4.1 oleh
pihak konsultan eksternal dan mendapatkan nilai 1.2 dari skala 5, yang artinya
organisasi tidak menyediakan lingkungan yang stabil untuk mengembangkan produk
baru, karena perencanaan yang tidak efektif dan proses pengembangan tidak dapat
diprediksi dan tidak stabil, serta kinerja bergantung pada kemampuan individual
dengan keahlian yang dimilikinya. Maka, framework yang tepat untuk peningkatan
nilai kematangan pada PT Pos Indonesia adalah Information Technology
Infrastructure Library (ITIL) versi 2011 yang merupakan suatu kerangka kerja
yang digunakan untuk menerapkan dan meningkatkan kapabilitas manajemen layanan
di PT Pos Indonesia yang juga merupakan perusahaan berbasis pada layanan
Se suai dengan tujuan perusahaan yang ingin
meningkatkan level maturity perusahaan menjadi 3 , maka dilakukannya
perancangan menggunakan framework ITIL versi 2011. Proses yang dirancang pada
service design adalah design coordination, service catalogue management,
service level management, capacity management dan availability management . Dan
o bjek perancangan service design adalah layanan warehouse management system
yang merupakan bagian dari layanan utama logistik
Hasil penelitian mere komendasikan adanya
aktivitas saat ini dan yang akan datang yang terdokumentasi dengan baik sesuai
dengan template yang diberikan oleh ITIL versi 2011 , dengan prioritas
aktifitas di dalam proses DC, SCM, SLM, AM dan CM . Hasil penelitian akan
digunakan pada layanan WMS untuk membantu mencapai level 3 ( defined ) BUMN , IT
Governance , GCG, ITIL versi 2011, service design , layanan WMS
3.
SERVICE
TRANSTITION
PT
Pos Indonesia (Persero) dan DHL Express Indonesia memperpanjang kerja sama
Express Mail Service (EMS) ke luar negeri yang bertujuan untuk mendukung usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia serta meningkatkan dan
memperbaiki akses jaringan global agar lebih efektif dan efiesien.[3]
PT
Pos Indonesia (Persero) meneken perjanjian kerja sama dengan GD Express Carrier
Berhard, sebuah perusahaan kurir swasta terbesar nomor dua di Malaysia setelah
Pos Malaysia. Kerja sama ini dilakukan untuk menyinergikan kurir swasta
terbesar di Malaysia dengan kekuatan jaringan nasional yang dimiliki
Pos Indonesia.
Bagi
Pos Indonesia, kerja sama ini akan meningkatkan waktu pengiriman di negara
tujuan dari sebelumnya H+1 s/d H+5, menjadi maksimal H+2. Keuntungan lainnya,
berupa akses pasar yang lebih luas di Malaysia. Sementara itu bagi GD Express
Carrier Berhard, kerja sama ini penting dalam membuka akses pasar pengiriman
express delivery. Kerja sama dengan Pos Indonesia dinilai sangat strategis bagi
GD Express, karena bisa memperluas pasar express delivery ke Indonesia.[4]
Badan
Ekonomi Kreatif (BeKraf) siap menggandeng PT Pos Indonesia, sebagai layanan
logistik bisnis e-commerce nantinya. Hal ini masuk dalam roadmap e-commerce
yang tengah digodok oleh BeKraf. Revitalisasi PT Pos Indonesia menjadi logistik
dapat dimanfaatkan sebagai penunjang pengiriman barang hasil transaksi jual
beli on-line yang telah dilakukan.[5]
PT
Pos Indonesia (Persero) menandatangani nota kesepahaman bersama 12 BUMN untuk menjalankan Sistem Logistik Nasional
(Silognas) secara kian mulus (seamless logistic). PT Pos berada dalam posisi
sebagai fasilitator untuk terbangunnya seamless logistic. Melalui nota
kesepahaman ini, ada sejumlah hal yang ingin dicapai. Pertama, sinergi BUMN ini
diharapkan dapat menurunkan biaya logistik nasional yang saat ini berada di
kisaran 27 persen. Kedua, adalah untuk menghilangkan disparitas harga komoditas
antara wilayah urban dan rural. Ketiga, adalah untuk memfasilitasi sebagai
proses backbone-nya sistem perdagangan secara elektronik (e-commerce). Keempat,
juga merupakan bentuk keinginan untuk pemberdayaan dan memfasilitasi UMKM agar
bisa lebih kompetitif.
2. SERVICE OPARATION
Industri
jasa pengantaran barang masih memiliki prospek bagus di era sekarang. Meskipun
teknologi digital makin berkembang, tetapi layanan fisik pemgantaran barang ini
masih laku dan akan terus dibutuhkan. Termasuk ketika dunia e-commerce makin berkembang, jasa pengantaran
barang masih diperlukan. Inilah yang membuat PT Pos Indonesia, optimistis untuk
terus menggarap pasar.
Pos Indonesia yang notabene merupakan
perusahaan milik pemerintah bisa lebih besar dalam penguasaan pasar logistik.
“Pos
Indonesia ini merupakan perusahaan pelat merah yang seharusnya bisa menjadi
tuan rumah di negeri sendiri. Itu kenapa Pos Indonesia harus berdaulat di
wilayahnya sendiri. Kata-kata berdaulat kurang lebih mengandung arti memiliki,
menguasai dan mengendalikan. Pos
Indonesia harus mempersiapkan strategi yang matang. Dengan aset dan potensi
yang kini dimiliki, semua harus bisa dimaksimalkan dan terinitegrasi dengan
baik. Pastinya, itu berangkat dari kesamaan misi dan pandangan mengenai bisnis
yang dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam tubuh Pos Indonesia.
Pos
Indonesia Regional VI. Proses tersebut dimulai dari Service
Excellence. Dengan menghadirkan pelayanan yang prima,
Pos Indonesia Regional VI mampu meningkatkan kepuasan dan kepercayaan
pelanggan.
Namun,
hal yang paling penting selanjutnya dari perubahan mata rantai proses kinerja
tersebut adalah menghadirkan operation excellence. Alasannya,
Pos Indonesia merupakan perusahaan yang menjual jasa dan layanan. Sebab itu,
kunci utama penggerak keberhasilan adalah operasional perusahaan yang efektif
dan efisien.
Mulai
dari manajemen transportasi, perawatan armada seperti truk, sepeda motor juga
sopir, petugas pengantar itu harus punya cara pandang terhadap bisnis yang
sama. Kemudian, manajemen pengelolaan dari kantor pos, mail
processing center di
bandara-bandara, di pelabuhan-pelabuhan bahkan sampai kantor pos di pelosok
desa harus dalam kerangka pikir yang sama untuk mewujudkan operation
excellence,” tambah Bagja Bagja juga menekankan akan pentingnya
mengenal karakteristik suatu daerah. Kepala cabang wilayah regional VI dituntut
bisa menemukan kearifan lokal dan karakteristik dari daerah tersebut.
Tujuannya, strategi yang disusun bisa tepat sasaran dan bermanfaat. Harapannya,
dengan strategi perubahan mata rantai kinerja ini, Pos Indonesia Regional bisa
berdaulat di wilayahnya sendiri dan mampu bersaing di pasar logistik yang kian
besar ini. “Kalau Garuda Indonesia merupakan Flight Carrier Indonesia, maka mimpi kami adalah Pos
Indonesia bisa menjadi Logistic Carrier bagi industri logistik di Indonesia.
4.
Service
Operation
Mempunyai jaringan yang sangat luas hingga 4.800 Kantorpos online.
Jumlah titik layanan (Point
of Sales) mencapai 58.700 titik dalam bentuk Kantorpos, Agenpos, Mobile
Postal Service, dan
lain-lain. Pos Indonesia memiliki jaringan yang dedicated,
sistem distribusi yang handal, Track and Trace, layanan yang prima,
kecepatan, ketepatan, serta harga yang kompetitif. Kantorpos merupakan
tempat strategis untuk transaksi penjualan dan atau distribusi barang dan
jasa.
Inovasi terus dilakukan oleh Pos Indonesia antara lain
pembangunan Postshop yang
merupakan pengembangan bisnis ritel yang diimplementasikan untuk merubah image Kantorpos konvensional menjadi
Kantorpos modern dengan pola layanan one stop shopping, yaitu Postal
Services (jasa ritel) berupa layanan pengiriman
surat, paket, jasa keuangan, penjualan Postal items (meterai,
prangko, produk filateli dan lain-lain), layanan Online Shopping. Pos Indonesia juga menyediakan layanan e-commerce, serta layanan lainnya melalui
aplikasi myPos dan m-pospay.
5.
Continual
Service Improvement
Selama kurun
waktu lima tahun ke depan, PT Pos Indonesia (Persero) optimistis mampu meraih
pendapatan sebesar Rp 80 triliun. Mimpi Perseroan tersebut berkaca dari
pendapatan salah satu perusahaan logistik internasional, yakni DHL, yang sudah
mencapai Rp 800 triliun per tahun. "DHL pendapatannya Rp 800 triliun
lebih, sedangkan Pos baru sekitar Rp 5 sampai Rp 6 triliun, untuk mengejarnya
sulit, tetapi paling tidak 10 persennya sekitar Rp 80 triliun mungkin
bisa," ujar Direktur Utama Pos Indonesia, Gilarsi Wahyu Setijono kepada
wartawan di Jakarta, Rabu (11/5/2016). Meski dirasa tidak masuk akal, namun
perseroan berkeyakinan target tersebut akan di capai di tahun 2021. "Kalau
ditanya realistis atau tidak jawabannya tentu tidak, tetapi kami meyakinkan
diri kami bisa mencapainya," tutur Gilarsi. Untuk mencapai target
tersebut, Gilarsi mengatakan, Pos Indonesia akan memperkuat lini bisnis
logistik dan menyasar peluang bisnis e-commerce. "Bisnis yang paling
potensial digarap oleh Pos yaitu pengiriman paket dan logistik," terang
Gilarsi. Menurut Gilarsi, selama ini infrastruktur yang dimiliki oleh Pos
Indonesia lebih besar untuk lini bisnis pengiriman surat. Padahal, jika melihat
perkembangan zaman yang ada, pengiriman surat sudah ditinggalkan oleh
masyarakat. "Sekarang mana ada yang kirim surat, kalau kirim paket iya.
Surat sudah tergantikan dengan e-mail dan lain-lain
Referensi: