A. KENDALI INTERNAL
Melalui Statement of Auditing
Standar (SAS), AICPA mendefinisikan Internal Control sama dengan definisi COSO,
yaitu suatu proses yang dipengaruhi oleh aktivitas Dewan Komisaris, Manajemen
dan Pegawai, yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang wajar atas :
(a) keandalan pelaporan keuangan,
(b) efektivitas dan efisiensi
operasi, dan
(c) ketaatan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku.
Berbeda dengan definisi pertama
yang hanya mengaitkan pengendalian hanya dengan perencanaan, metode dan
pengukuran, pada definisi berikutnya terkait dengan “proses yang dipengaruhi
oleh aktivitas seluruh komponen organisasi”. Definisi ini mengandung makna yang
lebih luas dari definisi sebelumnya.
Dalam teori akuntansi dan
organisasi, pengendalian intern atau internal control didefinisikan sebagai
suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi
informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau
objektif tertentu. Pengendalian intern merupakan suatu cara untuk mengarahkan,
mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk
mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya
organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak (seperti
reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang). Untuk menjaga
agar sistem internal control ini benar-benar dapat dilaksanakan, maka sangat
diperlukan adanya internal auditor atau bagian pemeriksaan intern.
Fungsi pemeriksaan ini merupakan
upaya tindakan pencegahan, penemuan penyimpangan-penyimpangan melalui pembinaan
dan pemantauan internal control secara berkesinambungan. Bagian ini harus
membuat suatu program yang sistematis dengan mengadakan observasi langsung,
pemeriksaan dan penilaian atas pelaksanaan kebijakan pimpinan serta pengawasan
sistem informasi akuntansi dan keuangan lainnya.
RUANG LINGKUP KONTROL INTERNAL
Ruang lingkup menurut Guy
(2002:410), ruang lingkup audit internal meliputi pemeriksaan dan evaluasi yang
memadai serta efektifitas sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas
kinerja dalam melaksanakan tanggungjawab yang dibebankan. Ruang lingkup audit
internal menurut The Institute of Internal auditors (IIA) yang dikutip oleh
Boynton et al (2001:983) “The scope of audit internal should encompass of the
adequacy and effectiveness the organizations system of performance in carrying
out assigned responsibilities;
(1) reability and integrying of
information;
(2) compliance with policies,
plans, procedures, laws, regulations and contacts;
(3) safeguarding of assets;
(4) economical and efficient use
of resources;
(5) accomplishment of established
objectives and goals for operations programs”.
(Ruang lingkup audit internal
harus mencakup kecukupan dan efektivitas sistem kinerja organisasi dalam
melaksanakan tanggung jawab yang ditugaskan; (1) keandalan dan menyokong
informasi; (2) sesuai dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum, peraturan dan
kontak; (3) pengamanan aktiva; (4) penggunaan sumber daya yang ekonomis dan
efisien; (5) tercapainya target yang ditetapkan dan tujuan program operasi).
Menurut Hiro Tugiman (2001:17),
lingkup pekerjaan pemeriksaan internal harus meliputi pengujian dan evaluasi
terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal yang dimiliki
organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
SISTEM KONTROL INTERNAL
Suatu sistem atau sosial yang
dilakukan perusahaan yang terdiri dari struktur organisasi, metode, dan
ukuran-ukuran untuk menjaga dan mengarahkan jalan perusahaan agar bergerak
sesuai dengan tujuan dan prgram perusahaan dan mendorong efisiensi serta
dipatuhinya kebijakan manajemen.
B. CONTROL OBJECTIVES
Sekumpulan dokumentasi best
practice untuk IT Governance yang dapat membantu auditor, pengguna (user), dan
manajemen, untuk menjembatani gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol dan
masalah-masalah teknis IT (Sasongko, 2009). COBIT mendukung tata kelola TI
dengan menyediakan kerangka kerja untuk mengatur keselarasan TI dengan bisnis.
Selain itu, kerangka kerja juga memastikan bahwa TI memungkinkan bisnis,
memaksimalkan keuntungan, resiko TI dikelola secara tepat, dan sumber daya TI
digunakan secara bertanggung jawab (Tanuwijaya dan Sarno, 2010).
COBIT merupakan standar yang
dinilai paling lengkap dan menyeluruh sebagai framework IT audit karena
dikembangkan secara berkelanjutan oleh lembaga swadaya profesional auditor yang
tersebar di hampir seluruh negara. Dimana di setiap negara dibangun chapter
yang dapat mengelola para profesional tersebut. CONTROL RISK Control Risk
adalah metode pengendalian risiko yang tidak melibatkan uang/dana. Metode ini
terdiri dari 3 tahapan, yaitu sebelum, pada saat, dan sesudah terjadi kontak
dengan kerugian.
Di sini kejadian-kejadian yang
mengakibatkan kerugian keuangan diupayakan untuk dikurangi kemungkinan
terjadinya dan besarnya kerugian keuangan yang terjadi diminimalkan. Ada 5 cara
(metode) dalam pengendalian risiko:
1. Risk Avoidance (Penghindaran
Risiko) Dengan metode ini, risiko dihindari dengan cara meninggalkan atau tidak
pernah melakukan kegiatan apa pun yang memiliki risiko. Hal ini dilakukan
dengan mempertimbangkan potensi keuntungan dan kerugian yang dapat diakibatkan
oleh suatu aktifitas. Contohnya: Tidak bepergian ke tempat rawan bencana
seperti Jepang dan tidak melakukan olahraga berbahaya jika tidak ingin cidera.
2. Segregation (Pemisahan Risiko)
and Diversification (Pembagian Risiko) Segregation dilakukan dengan memisahkan
orang-orang atau benda-benda yang dapat menjadi penyebab kerugian.
Diversifikasi dilakukan dengan memperbanyak aset atau aktifitas pada lokasi
yang berbeda. Contohnya: Menempatkan uang pada beberapa sarana investasi yang
berbeda daripada menempatkan ssemuanya dalam satu sarana investasi. Selain itu,
dapat juga memilih untuk bepergian dengan kendaraan terpisah daripada semua
keluarga inti berada dalam satu kendaraan. 3. Loss Prevention (Pencegahan
Kerugian) Metode ini dilakukan untuk mencegah dampak kerugian. Contohnya,
dengan meningkatkan langkah-langkah keamanan untuk mengurangi kemungkinan
kebakaran dengan memasang alarm kebakaran. Selain itu, bisa juga dengan
melakukan langkah-langkah pengurangan risiko sakit dengan hidup sehat dan
mencegah dampak kecelakaan bermotor dengan mengenakan helm saat mengendarai
motor.
4. Loss Reduction (Pengurangan
Kerugian) Metode ini dilakukan dengan mengurangi dampak kerugian atau pun
kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko. Contohnya, dengan menggunakan
sabuk pengaman untuk mengurangi kemungkinan terjadinya cidera dalam kecelakaan
lalu lintas dan mengurangi dampak kebakaran dengan pemadam kebakaran otomatis.
5. Non-insurance Transfer
(Pemindahan Non-asuransi) Dengan metode ini, risiko dialihkan tanpa menggunakan
asuransi. Contohnya, dengan mendirikan sebuah peusahaan bisnis untuk
mengalihkan risiko menanggung kerugian dan mengambil kontrak sewa yang lebih
panjang untuk menghindari harga sewa yang meningkat.
C. MANAGEMENT CONTROL FRAMEWORK
Mengumpulkan dan menggunakan
informasi untuk mengevaluasi kinerja berbagai sumber daya organisasi secara
keseluruhan. APPLICATION CONTROL FRAMEWORK Sistem pengendalian intern komputer
yang berkaitan dengan pekerjaan dan kegiatan tertentu yang telah ditentukan.
Berkaitan dengan ruang lingkup proses bisnis individu atau sistem aplikasi.
D. CORPORATE IT GOVERNANCE
Kumpulan kebijakan, proses atau
aktifitas dan prosedur untuk mendukung pengoperasian TI agar hasilnya sejalan
dengan strategi bisnis.